Jumat, 11 April 2014

ABJAD WENGI

Aku mencintai cita-cita sosialku melebihi aku mencintaimu, Prempuanku. Bahkan jika disuruh memilih antara mengejar dan mewujudkan cita-cita sosialku atau mengejarmu dan mewujudkanmu sebagai pendamping hidupku ke depan; menjadikanmu sebagai tujuan finalku, aku secara tegas dan pasti akan memilih yang pertama.  Sampai di sini, menyerahmu oleh pernyataanku ini, akhirnya menghentikan langkahku untuk meraih cita-cita sosialku. Aku sangat kecewa, Perempuanku. Karena;
1) Cita-cita sosialku terbangun oleh cintamu. Kamu tak pernah menyadarinya, dan aku tak pernah mau memberimu tahu.
2) Kamu adalah perempuan yang aku pilih sebagai pendukung di belakangku dalam berjalan menuju cita-cita sosialku. Menjadi pendoa di atasku. Dan menjadi penyambutku di ujung jalan di sana, di antara cita-cita sosialku.
3) Aku mengawali cintaku padamu lebih dulu sebelum akhirnya aku dengan sangat yakin akan bisa membahagiakanmu dengan memasukkanmu ke dalam cita-cita sosialku. Dan,
4) Kamulah, cita-cita sosialku itu sendiri.

Sekarang, bagaimana bisa aku hidup dan harus mengejar cita-cita sosialku itu jika kamu, Perempuanku, yang sudah kuanggap sebagai benih bagi cita-cita sosialku, sebagai pendukungku, pendoa, dan akan menyambutku di ujung jalan sana, malah justru sudah menyerah karena tak merasa bahwa aku melakukan semua ini dengan cinta? Bagaimana bisa aku melanjutkannya dengan kamu yang tak lagi mempercayaiku sebagai orang yang benar-benar mencitaimu?

Akhirnya, saat di mana ketakutan terbesar keduaku ini benar-benar terjadi; kamu menyerah dan menyerahkanku kepada jalanan, kepada kehidupan, kepada dunia, kepada entahlah. Aku tahu aku tak bisa selain menerimanya. Menerimamu yang akhirnya membuktikan bahwa cinta memang tak selalu bersama? Ah iya. Banyak orang akhirnya menasehatiku tentang hal itu, tentang cinta yang tak harus bersama. Dan aku, aku masih saja mengelak. Cinta harus bersama! Tegasku. Ya, cintanya saja, tidak dengan orangnya, tidak dengan orang yang aku cintai. Di sini, di dalam dunia runtuhku, aku masih memiliki cinta untukmu. Semakin hari, aku semakin membesarkan cinta ini, demi kamu, demi cita-cita sosialku yang bernyawa karena ku bangun dari cintamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tags

Abjad (4) Abstrak (1) Rinowengi (5)