Aku mencintai cita-cita sosialku melebihi aku mencintaimu,
Prempuanku. Bahkan jika disuruh memilih antara mengejar dan mewujudkan
cita-cita sosialku atau mengejarmu dan mewujudkanmu sebagai pendamping
hidupku ke depan; menjadikanmu sebagai tujuan finalku, aku secara tegas
dan pasti akan memilih yang pertama. Sampai di sini, menyerahmu oleh
pernyataanku ini, akhirnya menghentikan langkahku untuk meraih cita-cita
sosialku. Aku sangat kecewa, Perempuanku. Karena;
1) Cita-cita sosialku terbangun oleh cintamu. Kamu tak pernah menyadarinya, dan aku tak pernah mau memberimu tahu.
2)
Kamu adalah perempuan yang aku pilih sebagai pendukung di belakangku
dalam berjalan menuju cita-cita sosialku. Menjadi pendoa di atasku. Dan
menjadi penyambutku di ujung jalan di sana, di antara cita-cita
sosialku.
3) Aku mengawali cintaku padamu lebih dulu sebelum
akhirnya aku dengan sangat yakin akan bisa membahagiakanmu dengan
memasukkanmu ke dalam cita-cita sosialku. Dan,
4) Kamulah, cita-cita sosialku itu sendiri.
Sekarang,
bagaimana bisa aku hidup dan harus mengejar cita-cita sosialku itu jika
kamu, Perempuanku, yang sudah kuanggap sebagai benih bagi cita-cita
sosialku, sebagai pendukungku, pendoa, dan akan menyambutku di ujung
jalan sana, malah justru sudah menyerah karena tak merasa bahwa aku
melakukan semua ini dengan cinta? Bagaimana bisa aku melanjutkannya
dengan kamu yang tak lagi mempercayaiku sebagai orang yang benar-benar
mencitaimu?
Akhirnya, saat di mana ketakutan terbesar
keduaku ini benar-benar terjadi; kamu menyerah dan menyerahkanku kepada
jalanan, kepada kehidupan, kepada dunia, kepada entahlah. Aku tahu aku
tak bisa selain menerimanya. Menerimamu yang akhirnya membuktikan bahwa
cinta memang tak selalu bersama? Ah iya. Banyak orang akhirnya
menasehatiku tentang hal itu, tentang cinta yang tak harus bersama. Dan
aku, aku masih saja mengelak. Cinta harus bersama! Tegasku. Ya, cintanya
saja, tidak dengan orangnya, tidak dengan orang yang aku cintai. Di
sini, di dalam dunia runtuhku, aku masih memiliki cinta untukmu. Semakin
hari, aku semakin membesarkan cinta ini, demi kamu, demi cita-cita
sosialku yang bernyawa karena ku bangun dari cintamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar